Penentuan kadar cuka pada
makanan dapat ditentukan dengan menggunakan metode titrasi netralisasi dengan
menggunakan indicator fenolftalein (PP). Zat yang akan ditentukan kadarnya
disebut sebagai titran dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat
yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer dan biasanya
diletakkan didalam buret. Baik titer maupun titran biasanya berupa larutan.
Titrasi asam basa
merupakan analisis kuantitatif untuk menentukan molaritas larutan asam atau
basa. Zat yang akan ditentukan molaritasnya dititrasi oleh larutan yang
molaritasnya diketahui (larutan baku atau larutan standar) dengan tepat dan
disertai penambahan indikator. Fungsi indikator di sini untuk mengetahui titik
akhir titrasi. Jika indikator yang digunakan tepat, maka indikator tersebut
akan berubah warnanya pada titik akhir titrasi.Titrasi asam basa merupakan
metode penentuan molaritas asam dengan zat penitrasi larutan basa atau
penentuan molaritas larutan basa dengan zat penitrasi larutan asam. Titik akhir
titrasi atau titik ekuivalen (pada saat indikator berubah warna) diharapkan
mendekati titik ekuivalen titrasi, yaitu kondisi pada saat larutan asam tepat
bereaksi dengan larutan basa.
Pemilihan indikator yang
tepat merupakan syarat utama saat titrasi.Jika indikator yang digunakan berubah
warna pada saat titik ekuivalen,maka titik akhir titrasi akan sama dengan titik
ekuivalen. Akan tetapi, jika perubahan warna indikator terletak pada pH di mana
zat penitrasi sedikit berlebih, maka titik akhir titrasi berbeda dengan titik
ekuivalen. Indikator yang lebih dianjurkan yaitu fenolftalein (PP) karena memberikan
perubahan warna yang lebih jelas yaitu warna merah muda dari yang tidak
berwarna (trayek pH=8,2-10,0).
Pada saat titik ekuivalen
proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan
untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume
dan konsentrasi titer maka dapat menghitung kadar titrant.
Asidi-alkalimetri
merupakan salah satu metode kimia analisa kuantitatif yang didasarkan pada
prinsip titrasi asam-basa. Asidi-alkalimetri berfungsi untuk menentukan kadar
asam-basa dalam suatu larutan secara analisa volumetri. Titik akhir dari
titrasi ini mudah dilihat dengan penambahan indikator yang sesuai. Percobaan
ini dilakukan untuk menentukan kadar asam Cuka (CH3COOH) dengan titrasi
Asidi-Alkalimetri. Sampai pH asam cuka berubah menjadi larutan basa, untuk
ditentukan kadarnya.
Salah satu dari empat
golongan utama dalam penggolongan analisis titrimetri adalah reaksi penetralan
atau asidimetri dan alkalimetri. Asidi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa
yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah (basa
bebas) dengan suatu asam standar (asidimetri), dan titrasi asam yang terbentuk
dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu
basa standar (alkalimetri). Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk
membentuk air merupakan akibat reaksi-reaksi tersebut (Basset, J, 1994).
Larutan yang mengandung
reagensia dengan bobot yang diketahui dalam suatu volume tertentu dalam suatu
larutan disebut larutan standar. Sedangkan larutan standar primer adalah suatu
larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat
murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi. Suatu zat standar primer harus
memenuhi syarat seperti dibawah ini:
1. Zat
harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan (sebaiknya pada suhu
110-120°C).
2. Zat
harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan dapat
diabaikan.
3. Zat
harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.
4. Zat
harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji kualitatif atau
uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat pengotor, umumnya
tak boleh melebihi 0,01-0,02 %).
5. Reaksi
dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan praktis sekejap. Sesatan
titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan dengan cermat dengan
eksperimen.
6. Zat
harus tak berubah dalam udara selama penimbangan; kondisi-kondisi ini
mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara,
atau dipengaruhi oleh karbondioksida.Standar ini harus dijaga agar komposisinya
tak berubah selama penyimpanan.
Natrium karbonat Na2CO3,
natrium tetraborat Na2B4O7, kalium hydrogen iodat KH(IO3)2, asam klorida
bertitik didih konstan merupakan zat-zat yang biasa digunakan sebagai standar
primer. Sedangkan standar sekunder adalah suatu zat yang dapat digunakan untuk
standarisasi yang kandungan zat aktifnya telah ditemukan dengan perbandingan
terhadap suatu standar primer.
Proses penambahan larutan
standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi. Titik (saat) mana reaksi
itu tepat lengkap, disebut titik ekuivalen (setara) atau titik akhir teoritis.
Lengkapnya titrasi, lazimnya harus terdeteksi oleh suatu perubahan,yang tak dapat
di salah lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan standar (biasanya
ditambahkan dari dalam sebuah buret) itu sendiri, atau lebih lazim lagi, oleh
penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai indikator.
Selama proses titrasi asam
– basa, pH larutan terus menerus berubah dengan aturan yang khas. pH tersebut
akan berubah secara drastis pada saat volume titran mendekati titik ekivalen.
Karakteristik dari kurva
ini sangat penting, karena menentukan pemilihan indicator yang sesuai (paling
mendekati titik ekivalen) untuk meminimalkan kesalahan titrasi. Indicator
adalah zat yang berubah warnanya atau membentuk fluorescent pada suatu trayek
pH tertentu. Perubahan ini terjadi karena karena adanya perubahan struktrur
dari indicator tersebut.
Gambar diatas adalah
contoh titrasi alkalimetri, terlihat bahwa pH naik perlahan terhadap penambahan
NaOH. Pada saat mendekati titik ekivalen, pH menaik secara drastis. Berdasarkan
hal tersebut, maka indikator yang sesuai adalah phenol phtalein yang bekerja
pada trayek pH 8,3 -10. Phenol phtalein merupakan bentuk asam lemah yang lain.
Asam lemah tidak berwarna dan ion-nya berwarna merah muda terang. Penambahan
ion hidrogen berlebih menggeser posisi kesetimbangan ke arah kiri, dan mengubah
indikator menjadi tak berwarna. Penambahan ion hidroksida menghilangkan ion
hidrogen dari kesetimbangan yang mengarah ke kanan untuk menggantikannya -
mengubah indikator menjadi ungu.
Selain dengan menggunakan
indikator, titik ekivalen dapat dicari dengan bantuan pH meter. Kurva titrasi
diperoleh dengan memplotkan data jumlah titran yang ditambahkan versus pH
larutan. Titik ekivalen jelas terlihat dengan menggunakan perhitungan turunan
kedua, dimana titik ekivalen merupakan perpotongan antara garis mendatar (volume
titran).
SUMBER: